Indonesia sebuah negara yang bersemboyan Bhineka Tunggal Ika yang sama-sama kita banggakan dan cintai ini saat ini seakan sudah lupa dengan semboyan yang mengakar dan diajarkan kesemua warga negaranya,Berbeda-beda tetapi tetap satu jua sudah ditinggalkan , para elit politik , pemerintah dan wakil rakyat kita seakan memetakan bangsa ini menurut basis dan tujuan politis mereka.sebagai bangsa rasa patriotisme sudah luntur menjadi egoisme.
Dulu pada zaman orde baru sangat jarang kita lihat peristiwa-peristiwa tentang dualisme di Indonesia.Tapi ahir-ahir ini seolah menjadi trend dan penyakit yang akut.
Saya berpikir apakah ini buah dan akibat dari reformasi yang didengung-dengungkan oleh mahasiswa yang bosan dengan kebebasan yang dibatasi pada zaman orde baru , reformasi yang didambakan para musuh politik presiden H.M. Soeharto , bisa ia bisa juga tidak . Tapi kalau kita mau sedikit merenung, dualisme terjadi karena egoisme dan kebebasan disegala bidang yang kebablasan dan dampak dari kebebasan itu didukung oleh peraturan yang sah dan legal.
Mental kita sebagai bangsa yang bersatu semakin tipis.Siapa sih dari kita yang tidak mau menjadi kaya , menjadi pemimpin , dan tentu kita mau kebebasan yang sebebas-bebasnya.Tapi semua itu menjadi dua mata pisau yang melukai kehidupan dan tatanan negara kita karena terlalu bebasnya seseorang berbicara dengan lantang terhadap pemimpinnya , pemerintahan tidak bisa maksimal karena dualisme kekuasaan dengan DPR dan rakyatnya sendiri yang sedikit-sedikit menentang dan mengkritisi kebijakan tanpa memberi solusi yang secara peraturan itu sah-sah saja. Media-media yang notabene adalah ladang informasi bagi rakyat Indonesia seakan ikut bertempur dalam arena politik sehingga masyarakat menjadi objek yang terombang ambing pemberitaan yang dalam satu kasus kita bisa melihat kebenaran berbeda di chanel yang berbeda.Media mendoktrin masyarakat bahwa partai atau tokoh yang membayar merekalah yang paling benar dan layak jadi pemimpin. Sampai disini masyarakat juga masih asik bengong , up date status dan upload poto narsis.
Bukan hanya media dan penyaji informasi yang terpecah , lebih telak lagi kita sebagai individu juga mulai mengelompokkan diri kedalam wadah-wadah politik kecil yang didorong tuntutan reformasi yang menjamin kebebasan kita berpolitik tanpa dibekali ilmu politik beserta dampak dan seluk-beluknya.Reformasi menuntut adanya pemilihan langsung ditingkat Nasional , Provinsi , Kabupaten bahkan Desa ,Baik legislatif maupun yudikatif . Ini memang sangat baik buat negara demokrasi seperti Indonesia tapi apa ini dampaknya kecil , tentu tidak ,semua itu membuat perpecahan karena pergesekan secara langsung pada masyarakat awam ketika harus menentukan pilihan yang lagi - lagi mereka tidak tahu pasti profile dan latar belakang tokoh yang mereka pilih karena terdoktrin oleh dualisme media yang diboncengi unsur politis.Bukan itu saja,lahirnya raja-raja kecil didaerah karena adanya Otonomi daerah yang lagi-lagi adalah tuntutan reformasi. Ini membuat daerah yang tertinggal semakin kesulitan dan daerah maju semakin kaya yang dampaknya lambat laun mengikis rasa nasionalisme menjadi kedaerahan , sukuisme akibat kesenjangan ekonomi , pendidikan dan kesehatan di standarisasi berdasarkan PAD daerah masing-masing dan bukan mengacu pada APBN yang bersifat nasional.Tentu ini mengakibatkan masyarakat didaerah dengan PAD minim akan mempunyai SDM minim dan lambat dikarenakan pasilitas yang mampu disediakan daerah tersebut juga tidak terakomodir dengan dana.Sebaliknya kita tentu tahu itu berbanding terbalik dengan daerah yang PAD nya besar.
Apakah cukup sampai disitu?
Ini lagi yang menjadi senjata kampanye pemerintahan kita yang sekarang yaitu : pengiritan APBN,yang membuat subsidi dikurangi,moratorium dll.Apa itu salah? tentu tidak, tapi menjadi keliru manakala harga-harga kebutuhan pokok masyarakat menjadi melambung , kesempatan kerja semakin sedikit karena efesiensi anggaran , tapi pemborosan ternyata jalan terus. Lihat dampak pemborosan yang ditimbulkan oleh tuntutan demokrasi dan reformasi yang anti kebijakan orde baru. lihat tuntutan pemisahan TNI dan Polri yang sekarang malah memicu konflik diantara dua Lembaga tersebut , membengkaknya anggaran yang semula hanya anggaran untuk TNI kini APBN juga terbebani oleh anggaran belanja Polri yang jumlahnya tentu sangat besar karena banyaknya anggota dan Alat-alat yang semula bisa diakomodir oleh TNI kini seakan Polri tidak mau kalah memodernisasi Alat , kelegkapan dan kesejahteraan anggotanya dengan anggaran yang tidak sedikit tanpa di iringi perbaikan moral dan kinerja yang masih kita rasa sama dari dahulu kala.Selanjutnya lihat pemborosan dari penyelenggaraan Demokrasi kita.Dulu cukup satu kali pemilihan tapi sekarang APBN harus membiayai proses tersebut mulai dari tingkat Desa,Kabupaten,dan provinsi yang yang biayanya tentu tidak sedikit.Mari menghitung berapa jumlah Desa di Indonesia?berapa Kabupaten dan berapa Provinsi di negara kita tercinta ini.Apa dari dua masalah diatas pemerintah tidak berfikir untuk melakukan efisiensi anggaran?pemerintah tidak mau melakukan pencegahan dampak politik ditingkat Kecil,mulai dari saling sikut di lembaga-lembaga daerah seperti yang tadinya Kepala divisi kemudian karena politik mereka dimutasi jadi staf biasa malah dimutasi seenak Bupati dan Gubernur sebagai ajang politik balas dendam? Tapi pemerintah melakukan kebijakan efisiensi yang kita lihat sekarang ini membuat harga-harga melambung,Rupiah anjlok karena pertumbuhan ekonomi lambat berbanding lurus dengan daya beli masyarakat yang melamban.
Oh reformasi inikah akibat dari dirimu yang dipaksakan dengan mencoreng era negarawan kita yang sudah membawa bagsa ini selama lebih 30 tahun dengan kekurangan dan kelebihannya kita turunkan paksa dan tidak hormat.Saya selaku penulis dan yang mempunyai uneg-uneg ini terus terang masih tidak menemukan kelebihan dampak positif repormasi dengan Orde lama maupun orde baru.malah sekarang kebebasan banyak menghasilkan generasi alay,ha..ha..becanda.
Demikian uneg-uneg saya yang belum tentu fakta dihati dan kondisi kalian.saya minta maaf jika ada yang tidak berkenan karena terus terang judulnya mungkin kurang tepat,selanjutnya saya akan curhat masalah dualisme di era reformasi tapi tidak sekarang.terima kasih dan wassalamualaikum warohmatullahiwabarokatuh.
No comments:
Post a Comment