Di negara kita sekarang lagi marak yang namanya pencitraan . Indonesia menganut demokrasi yang salah satu aflikasinya adalah pemilihan para pemimpin diserahkan kepada rakyat ,hal ini juga barangkali yang menyebabkan para calon pemimpin atau para politisi dari jauh-jauh hari sebelum proses pemilu atau pemilihan dimulai sudah melakukan pendekatan-pendekatan ,baik pendekatan secara langsung maupun melalui media ,baik cetak , online maupun media televisi.
Apakah sebenarnya pencitraan itu? Pencitraan dapat diartikn melakukan suatu tindakan yang baik dengan maksud untuk menarik perhatian publik dan citra atau opini yang terbangun di mata masyarakat adalah opini atau citra yng baik . Para pejabat di Negara kita tercinta ini tentu sudah sangat khatam dengan politik pencitraan macam tersebut diatas. Itulah arti pencitraan yang selama ini sering kita dengar.
Terus apakah politik pencitraan itu salah ?
Tentu tidak ,Seorang politisi yang akan terjun dalam proses pemilihan memang harus mamiliki strategi pencitraan tersendiri untuk menarik hati masyarakat , karena bagaimanapun demokrasi kita diserahkan kembali kepada rakyat yang jumlahnya di Indonesia ini sangat banyak dan beragam. bukan lagi melalui proses vote dari para anggota dewan yang lebih berkompeten dan lebih mengetahui sosok calon pemimpin , sementara masyarakat hanya akan tau sosok pemimpin hanya lewat media yang itupun belum tentu pemberitaannya adil. Bisa jadi media memberitakan hanya kebaikan satu calon yang membayar mereka dan parahnya mereka memberitakan yang negatif terhadap lawan dari calonnya tersebut . Terus itu jadi opini yang mendoktrin masyarakat Indonesia sehingga merekapun menganggap itu sepenuhnya benar , dan menetapkan pilihan tanpa tahu mereka tergiring hanya untuk kepentingan politis yang kebenarannya sangat relatif .
Pencitraan ini juga yang baru - baru ini sangat diandalkan oleh Bapak presiden kita saat ini Bapak Joko Widodo , bagaimana tidak , seorang yang belum lama dikenal oleh rakyat indonesia itu tiba -tiba sekarang menjadi orang nomor satu di Negara kita tercinta ini .Beliau mulai muncul saat menjadi Wali kota Solo namun setelah itu beliau mulai sering muncul di media sebagai sosok orang yang sangat peduli terhadap rakyat . Saat mobil Esemka yang digadang - gadang akan menjadi mobil nasional entah mengapa nama Bapak Joko Widodo juga ikut menasional ,sehingga pada saat dicalonkan menjadi gubernur DKI Jakarta ,Jokowi sapaan beliaupun mampu memenangkannya dan menjadi DKI satu (1) . Tapi bagaimana nasib mobil Esemka itu ? saya juga tidak tahu karena tidak muncul lagi di media sampai sekarang setelah mobil Esemka membantu pamor dan citra jokowi. Apakah isu mobil Esemka itu hanya alat pencitraan? bisa ia?apa itu salah ditempuh Bapak Jokowi ? Tentu tidak , yang seharusnya dewasa berpolitik dan tidak mudah tergiring dan mengetahui pencitraan seorang politisi adalah kita sebagai rakyat yang akan menentukan pilihan ,karena bagaimanapun seorang politisi melakukan pencitraan maka kita tidak akan serta merta menjadikan itu acuan pilihan kita nanti , dan selalu menggunakan hati nurani .
Selanjutnya Bapak jokowi menjadi Gubernur DKI dan mulai melaksanakan janji -janji yang sangat menarik dan terus -terusan diberitakan di media cetak ,elektronik ,bahkan media online. Yang antara lain misinya adalah menyederhanakan birokrasi , mengatasi banjir dan tidak akan mencalonkan diri sebagai presiden sebelum masa jabatannya habis selama 5 tahun . Selama menjadi Gebernur DKI ,lagi-lagi media sangat intens menayangkan dan memberitakan tentang semua kegiatan Jokowi yang intinya adalah beliau benar-benar sosok pemimpin yang sangat merakyat , mulai dari aksi blusukannya dan aksi menegur para pejabat di lingkup kekuasaanya, hampir semua kegiatan itu diliput oleh media dan menjadi pemberitaan yang membuat rakyat terkagum-kagum dengan sosoknya. Sayapun mulai berpikir semua itu hanya pencitraan karena ternyata Jokowi mencalonkan diri jadi presiden sebelum masa jabatan Gubernurnya habis dan Banjir di Jakarta jalan terus. Sampai disini mayoritas masyarakat Indonesia masih menganggapnya Super hero yang cocok memimpin bangsa kita tercinta ini.
Kemudian pada ahirnya bapak Jokowipun menjadi presiden karena mayoritas rakyat negeri ini memilihnya karena citra baik yang sudah melekat dihati masyarakat.Lantas ,apa lawan politiknya tidak melakukan pencitraan ? tentu melakukan tapi strategi Bapak jokowi mungkin lebih matang dan sudah dilakukannya lebih dulu . Lihatlah apa yang ditawarkan Bapak presiden kita sekarang dulu waktu belum terpilih , sangat-sangat pro rakyat ,mulai dari kendaraan politiknya yang katanya pro wong cilik , Beliau juga menjanjikan bahwa kabinetnya akan melibatkan rakyat sewaktu dipilih dan tidak ada bagi-bagi kursi untuk partai koalisinya , serta akan meluncurkan kartu sakti unruk rakyat indonesia yang sangat dicintainya . Tapi mari kita lihat faktanya sekarang ! Beliau menaikkan harga BBM yang secara langsung sangat menyengsarakan rakyat kecil karena harga kebutuhan pokok melonjak sehingga daya beli masyarakat menjadi menurun dan itupun berimbas pada Rupiah yang terus melemah dan ekonomi Indonesia terpuruk , perusahaan banyak yang terancam tutup yang ujungnya akan terjadi PHK masal dan pengangguranpun akan bertambah .kemudian apa kartu sakti telah membanntu masyarakat ,ia untuk minoritas bukan keseluruhan atau mayoritas sebagaimana mayoritas dari rakyat memilihnya ,dan masih menuai banyak masalah . Apa kabinet juga kebanyakan dari indefenden ? ternyata malah banyak dari partai koalisinya , malah ketua MA yang sangat krusial bagi bangsa inipun berasal dari Partai Koalisi indonesia hebat ,yang ditakutkan akan membuat hukum di Indonesia jadi memihak ke kelompok tertentu .
Seorang pemimpin itu mutalak harus memiliki dua kemampuan dasar yaitu kemampuan konsepsi atau visio dan kemampuan komando untuk mengarahkan kebijakan . Kita juga harus memahami kemampuan pemimpin itu dituntut untuk memiliki kemampuan memimpin sebagaimana bukti nyata dari pengalaman si tokoh tersebut semasa karirnya ,serta kemampuan untuk dipilih jadi pemimpin melalui proses politik , ingat dua hal itu berbeda dan sangat bagus kalau dimiliki oleh seorang pemimpin . Berdsarkan uraian panjang dari postingan ini saya merasa sosok Pemimpin kita saat ini mempunyai kemampuan untuk dipilih menjadi pemimpin tapi ketokohan dan bukti dari kebanyakan janjinya semenjak di Solo dan DKI masih belum memberikan bukti nyata kemampuannya untuk menjadi seorang pemimpin Bangsa , masih terlalu dini dan para psikolog menyatakan Pemimpin kita sekarang masih kental memiliki kemampuan managerial bukan Pemimpin .Demokrasi langsung mengharuskan untuk seluruh rakyat menentukan pilihannya ,tapi apakah mayoritas rakyat tahu akan makna kemampuan faktual kepemimpinan seseorang yang dipilih atau pilihannya itu hanya memiliki kemampuan untuk dipilih menjadi pemimpin , itu berpengaruh dari tingkat pengetahuan dan pendidikan rakyat yang menjadi responden yang mana kita , mereka terus -terusan didoktrin dengan pemberitaan tokoh tertentu. Kebanyakan dari kita kalau nonton sinetron saja seolah percaya bahwa pemeran utama di sinetron itu adalah orang yang benar -benar baik dan pasti akan kita sanjung kita nantikan di program lain yang dia bintangi ,seolah di dunia nyata orang itu adalah sosok yang tingkahnya sama dengan yang ada di sinetron. Akan tetapi pemeran antagonis di sinetron juga akan banyak dibenci seolah kenyataannya orang itu adalah orang jahat . Ingat juga saat masyarakat demam boyband atau girlband ,masyarakat sangat menggandrungi karena di tiap Chanel itu melulu yang ditayangkan , Tapi apa kebanyakan dari mereka adalah penikmat musik yang memang mengetahui kualitas musik dan vokal ,kalau ia saya rasa mereka akakn lebih suka dengan para musisi handal yang sudah terbukti kualitasnya .Tapi lagi-lagi media berperan besar membuat kualitas kalah dengan sekedar tampang dan pemberitaan yang berlebihan .lalu apakah trend memilih Pemimpin juga sudah seperti itu dalam masyarakat ,ia bagi sebagian dan tidak juga buat sebagiannya.
Saya sekali lagi mau bilang kalau pencitraan itu tidak salah, apabila tokoh dalam pencitraan itu memang berkompetensi dalam hal yang ingin dicapainya dalam proses pencitraan itu .Tapi masalah akan timbul jika masyarakat terbawa dan melupakan Tujuan tokoh tersebut dan Fakta serta trackrecord tokoh tersebut .Misalnya kita menyenangi sosok Roma Irama sebagai pedangdut ,lalu apa lantas kalau dia mencalonkan diri sebagai pemimpin bangsa kita akan memilihnya ,terserah kalian tapi mungki belum waktunya dan masih lebih baik jadi pedangdut . Saya juga berfikir begitu untuk Bapak Presiden kita yang terhormat , mungkin Beliau lebih baik terus mengasah kemampuan memimpinnya sebagi Gubernur dan memberikan fakta realisasi janji sehingga terlihat kenegaraanya bukan citra kepahlawanan sehingga pada ahirnya memiliki kompetensi yang tinggi menjadi komando sebuah negara yang sangat besar dan majemuk seperti Indonesia.
Diakhir tulisan saya ini saya ingin mengajak kepada kita untuk lebih dewasa dalam berdemokrasi ,dan semoga pemimpin kita diberikan kekuatan oleh yang maha kuasa untuk memimpin bangsa ini kearah yang lebih baik.
No comments:
Post a Comment