Laman

Saturday, 22 August 2015

PANDANGAN AKU YANG AWAM TENTANG PEMERINTAHAN BAPAK JOKOWI YANG SEJAUH INI LUAR BIASA.

Baca semuanya baru komen
Mulai dari slogan beliau yang pro rakyat dan orang "bejo" lah.tapi sejauh ini malah banyak kebijakan yang ditolak rakyat tapi beliau cuek2 aja tu sembari melanjutkan kebijakan itu tanpa rakyat bisa berbuat apa-apa. Mulai dari beliau menaikkan harga BBM yang sangat fital buat rakyat di negerinya,gelombang protes dari politisi,ormas ,mahasiswa dan masyarakat tidak beliau hiraukan sedikitpun dan tetap saja BBM naik  yang berakibat rakyatnya harus membeli BBM dan kebutuhan pokok dengan sangat mahal padahal berjuta-juta rakyatnya hidup dibawah garis kemiskinan dan berstatus pengangguran .Aku yakin bapak jokowi yang terhormat tahu kalau mahalnya harga-harga akan membuat daya beli masyarakat menurun drastis dan akan membuat perekonomian Negeri kita tercinta ini tidak stabil dan lesu ,he..he....tapi aku bukan pakar ekonomi yang tahu persis penjelasan tentang hal itu .

Wednesday, 29 July 2015

Politik Pencitraan , Kenapa dan Apa Dampaknya


Di negara kita sekarang lagi marak yang namanya pencitraan . Indonesia menganut demokrasi yang salah satu aflikasinya adalah pemilihan para pemimpin diserahkan kepada rakyat ,hal ini juga barangkali yang menyebabkan para calon pemimpin atau para politisi dari jauh-jauh hari sebelum proses pemilu atau pemilihan dimulai sudah melakukan pendekatan-pendekatan ,baik pendekatan secara langsung maupun melalui media ,baik cetak , online maupun media televisi.

Apakah sebenarnya pencitraan itu? Pencitraan dapat diartikn melakukan suatu tindakan yang baik dengan maksud untuk menarik perhatian publik dan citra atau opini yang terbangun di mata masyarakat adalah opini atau citra yng baik . Para pejabat di Negara kita tercinta ini tentu sudah sangat khatam dengan politik pencitraan macam tersebut diatas. Itulah arti pencitraan yang selama ini sering kita dengar.

Monday, 27 July 2015

Menpora Perduli Bola Tapi Kurang Pengertian

Assalamualaikum , Semoga kesehatan dan kesempatan selalu menaungi kita dan nikmat iman kita selalu ditambah Oleh Tuhan yang maha esa.

Saya langsung saja mencurahkan apa yang saya dengar , lihat dan pikirkan tentang kisruh Sepak Bola Indonesia . Pada postingan yang lalu saya pernah bilang kalau kisruh sepak bola mungkin juga imbas dari kisruh dua Koalisi besar  yang ada pada Negara kita , karena kebetulan Menteri dari koalisi Indonesia Hebat lagi-lagi bergesekan langsung dengan PSSI yang belum lama dipimpin oleh orang dari Koalisi Merah Putih .

Kembali ke judul kita , Menpora saya bilang sebagai orang yang peduli terhadap sepak bola Indonesia tapi kurang pengertian .Karena Menpora sudah secara langsung mengintervensi sepak bola Nasional kita dengan menempuh cara-cara atau pendekatan kekuasaan dengan alasan memperbaiki sepak bola Indonesia dan memberantas mafia bola yang ada di lembaga / badan sepak bola tertinggi Indonesia yaitu PSSI.

Saya sempat berfikir alangkah mulia dan luhurnya tujuan Menpora untuk kemajuan sepak bola kita kedepan . Akan tetapi melihat dampak dan akibat yang ditimbulkan saat ini oleh langkah - langkah Menpora tersebut saya serta merta menyatakan ini ada yang kurang beres . Menpora membekukan PSSI yang disinyalir sarang mafia bola , sehingga mengakibatkan sepak bola Indonesia malah lumpuh karena dengan adanya intervensi dan pembekuan maka sampai sekarang PSSI di bannned oleh FIFA .

Friday, 24 July 2015

Lemahnya Pemerintahan Membuat Maraknya Dualisme

Assalamualaikum Warohmatullahiwabarokatuh , Salam Sejahtera Buat kita semua.
Kembali lagi dengan saya Ardy bersama uneg-uneg tentang realita di negara kita tercinta Indonesia Raya yang terkenal dengan luas negara yang amat besar dan semboyan Bhineka Tunggal Ika.
Alhamdulillah sampai saat ini negara kita masih dikaruniakan kemerdekaan dan Alam yang indah serta tetap menjadi negara yang meyakini adanya tuhan yang maha esa.

Kali ini saya mau mengajak kita selalu memperhatikan seiap realita , dinamika dan kasus yang terjadi di negara kita tidak selalu melalui kaca mata hukum , akan tapi juga melalui sudut pandang orang awam yang lebih menitik beratkan asfek moral dan religi serta hukum sebab-akibat yang sering kita hadapi dalam kehidupan kita sehari-hari. Tentu kita sering lihat di media elektronik maupun media cetak Tentang maraknya dualisme di negara kita ahir-ahir ini,baik dualisme kekuasaan pemerintah , dualisme partai politik , bahkan dualisme di DPR.

"Reformasi" Sebenarnya Tujuan dan Maumu Apa?

Indonesia sebuah negara yang bersemboyan Bhineka Tunggal Ika yang sama-sama kita banggakan dan cintai ini saat ini seakan sudah lupa dengan semboyan yang mengakar dan diajarkan kesemua warga negaranya,Berbeda-beda tetapi tetap satu jua sudah ditinggalkan , para elit politik , pemerintah dan wakil rakyat kita seakan memetakan bangsa ini menurut basis dan tujuan politis mereka.sebagai bangsa rasa patriotisme sudah luntur menjadi egoisme.
Dulu pada zaman orde baru sangat jarang kita lihat peristiwa-peristiwa tentang dualisme di Indonesia.Tapi ahir-ahir ini seolah menjadi trend dan penyakit yang akut.

Thursday, 23 July 2015

Indonesia Negara Berkembang : Dulu,Sekarang dan Entah Sampai Kapan

Ini cuma curhatan mungkin banyak juga yang isinya bukan fakta,kembali ke judul yang aku dan kalian mungkin sering dengar yaitu negara kita tercinta ini adalah negara yang besar,penduduknya banyak dan lautnya sangat luas serta terdiri dari beribu-ribu pulau.Sangat tidak bisa dibandingkan besar dan luasnya negara kita ini dengan Singapura,Monaco bahkan negara-negara di Eropa dan Timur tengah.

Terlepas dari uraian negara kita Indonesia yang tercinta ini sangat besar dan luas serta majemuk,ada satu hal yang sangat familiar di telinga saya yaitu : Indonesia adalah negara berkembang,kata-kata itu yang memang adalah fakta kondisi Indonesia sudah saya dengar dalam mata pelajaran IPS pada waktu SD,SMP,SMA,bahkan sampai sekarang.Wow..saya tidak tahu harus bangga atau miris dengan predikat dan kondisi negara kita ini yang sejak berpuluh-puluh tahun silam terus mempertahankan pedikat sebagai negara berkembang.